Oleh : Qurratur Rahmah, S.Kep.Ns. (Perawat Ruang Resusitasi IGD RSUD Dr. Soetomo)
Pendahuluan
Dehidrasi merupakan salah satu kegawatan yang sering terjadi pada anak-anak, terutama bayi (usia di bawah 1 tahun). Hal ini dikarenakan pada persentase cairan pada bayi lebih besar daripada dewasa. Pada bayi usia < 1 tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan pada anak usia > 1 tahun mengandung air sebanyak 70-75 %. Sementara pada orang dewasa, jumlah cairan tubuhnya kurang lebih 50-60% dari berat badan. Dengan persentase seperti ini, jika bayi mengalami sedikit saja kekurangan cairan, maka akan membuat sel-sel menjadi dehidrasi dengan cepat. Apabila tidak ditangani dengan segera, akan mengalami perburukan dengan cepat dan dalam hitungan menit hingga jam dapat menyebabkan kematian.
Penyebab Dehidrasi
Dehidrasi pada anak dapat disebabkan oleh GEA (gastroenteritis akut) atau diare dan muntah. Diare akan diperburuk oleh kondisi demam. Hal ini karena demam akan meningkatkan penguapan cairan tubuh akibat panas sehingga menambah pengeluaran cairan tubuh tanpa disadari.
Komplikasi yang Mungkin Terjadi Akibat Dehidrasi
Kondisi yang paling ditakutkan jika dehidrasi tidak segera ditangani adalah terjadinya syok hipovolemik. Syok hipovolemik merupakan keadaan ketika sel-sel tubuh kekurangan oksigen akibat menurunnya aliran darah yang membawa oksigen ke sel tersebut. Hal ini terjadi karena jumlah cairan yang keluar lebih banyak dariapada yang masuk ke dalam tubuh sehingga volume cairan tubuh menjadi berkurang. Jika sel mengalami kekurangan oksigen dalam waktu yang lama, maka akan terjadi kematian sel. Kematian sel dapat terjadi di organ tubuh manapun. Organ tubuh yang paling rentan terhadap kekurangan oksigen adalah otak. Dalam waktu 3 menit sel-sel otak tidak mendapatkan asupan oksigen yang cukup, maka akan terjadi kematian sel sementara. Hal ini dapat dimanifestasikan dengan terjadinya penurunan kesadaran. Akan tetapi jika dalam waktu 5 menit sel-sel otak kekurangan oksigen, maka kematian sel yang terjadi akan bersifat permanen, dan ini dapat dimanifestasikan dengan keadaan koma pada pasien hingga kematian. Maka dari itu, ketika ditemukan tanda-tanda syok pada anak yang mengalami diare atau muntah, resusitasi cairan harus segera dilakukan.
Tanda-Tanda Dehidrasi
Tanda-tanda klinis dehidrasi pada bayi dan anak dibagi berdasarkan derajat dehidrasi menurut Kriteria Pierce yang dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tanda Klinis |
Derajat Ringan (3-5% BB) |
Derajat Sedang (6-8% BB) |
Derajat Berat (>10% BB) |
Rasa Haus |
Haus |
Sangat Haus |
Tidak |
Nadi |
Normal Hingga Meningkat |
Meningkat Dan Lemah |
Sangat Meningkat Dan Lemah |
Mata |
Normal |
Cowong |
Sangat Cowong |
Lidah |
Normal |
Lunak |
Kecil Dan Keriput |
Turgor Kulit |
Normal |
Menurun |
Sangat Menurun |
Ubun-Ubun |
Normal |
Cekung |
Sangat Cekung |
Tekanan Darah |
Normal Hingga Menurun |
Sangat Menurun |
Tidak Terukur |
Urine |
Berkurang |
Berkurang Dan Pekat |
Minimal Hingga Tidak Keluar Urine |
Menilai turgor kulit dapat dilakukan dengan mencubit sedikit kulit perut, jika kulit tidak segera kembali setelah dilepaskan, artinya turgor kulit menurun Selain tanda-tanda di atas, dapat muncul tanda di bawah ini
Tanda Klinis |
Derajat Ringan |
Derajat Sedang |
Derajat Berat |
Status Mental/ Kesadaran |
Normal |
Lemas, Rewel, Gelisah |
Mengantuk, Apatis, Hingga Tidak Sadar |
Bibir |
Normal |
Kering |
Pecah-Pecah |
Air Mata |
Ada |
Menurun |
Tidak Ada |
Dehidrasi derajat berat biasanya diikuti dengan tanda-tanda syok, yaitu 1. akral (telapak tangan) dingin, basah, dan pucat; 2. CRT (capillary refill time) >2 detik, dapat dinilai dengan menekan kuku dengan jari selama 5 detik, kemudian dilepaskan dan dihitung kecepatan kembalinya kuku menjadi merah; 3. Nadi teraba cepat dan lemah.
Penanganan Pertama Dehidrasi di Rumah
Jika anda menemukan salah satu atau lebih tanda dehidrasi di atas pada anak anda, segeralah lakukan pertolongan pertama. Pada dehidrasi ringan dan sedang, pertolongan pertama dapat dilakukan di rumah dengan beberapa cara di bawah ini:
- Berikan minum kepada anak kapanpun anak mau. Jika masih ASI eksklusif, susui sesering mungkin. Hindari memberikan susu pada anak yang dehidrasi karena dapat memicu diare.
- Jika anak mengalami diare, maka berikan oralit sesuai dosis yang telah ditentukan. Jika tidak ada oralit, dapat membuat cairan gula garam dengan perbandingan 1 sdt garam : 8 sdt gula ditambahkan air hingga 5 gelas (kurang lebih 1 liter).
- Apabila bayi/anak mengalami demam (suhu tubuh >37,5°C), kompres dengan air biasa atau air hangat jika anak menggigil. Kompres pada kepala, dada, perut, punggung, dan daerah lipatan seperti leher, ketiak dan belakang lutut. Jangan mengompres dengan air es atau alkohol. Suhu yang dingin dari air es dapat membuat anak menggigil. Sementara alcohol menurunkan demam terlalu drastis sehingga dapat mengganggu termoregulasi di otak dan dapat menyebabkan kejang.
- Jika bayi atau anak mulai rewel atau terlihat mengantuk dan malas minum (atau ditemukan paling tidak 2 tanda dehidrasi berat), segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat agar diberikan pertolongan secepatnya.
- Jangan berikan minum ketika anak mulai tidak sadar! Karena dapat menyebabkan aspirasi atau tersedak. Hal ini lebih berbahaya daripada dehidrasi karena dapat menyebabkan kematian dalam hitungan menit!
- Pastikan jalan napas anak tetap bebas ketika di perjalanan menuju ke fasilitas layanan kesehatan. Posisikan anak dengan kepala menghadap ke atas (tengadah) dan tidak perlu diberikan bantal. Jika anak muntah, posisikan kepala miring sehingga muntahan tidak masuk ke dalam paru dan menyebabkan aspirasi.
- Lakukan langkah-langkah tersebut dengan tenang dan tidak panik.
Semoga Bermanfaat.
Sumber:
- Buku Penanggulangan Penderita Gawat Darurat. Diklat IGD RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
- http://www.ichrc.org/521-diare-dengan-dehidrasi-berat