Limbah domestik merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk
padat. Keberadaan limbah domestik ini telah menjadi isu nasional terkait dengan keterbatasan
lahan untuk tempat pembuangan akhir (TPA) limbah domestik di Kabupaten/Kota. Dalam kebijakan
JAKSTRANAS Tahun 2025 yang merupakan arah kebijakan dan strategi nasional dalam pengurangan dan
penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga tingkat nasional yang terpadu dan
berkelanjutan, dimana target proyeksi pengurangan limbah domestik (juta ton) sampai dengan tahun
2025 adalah 30% dan target penanganan limbah domestik (juta ton) adalah 70%, salah satu contoh
limbah domestik yang dihasilkan yaitu sisa makanan atau sisa bahan makanan berupa cangkang
telur. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI
mencatat produksi telur ayam 2022 sebesar 6.322,55 ribu ton. Limbah cangkang telur sebesar 10%
dari produksi telur ayam sehingga jumlah limbah cangkang telur di Indonesia sebesar 632,255 ribu
ton. Limbah cangkang telur yang telah dimanfaatkan sebagai pupuk organik, absorben serta produk
kerajinan tangan sejumlah 10% dari total limbah tersebut pertahunnya. Menurut data tersebut
dapat diketahui bahwa jumlah limbah cangkang telur yang belum dimanfaatkan secara optimal
sebesar 63,225 ribu ton pertahunnya. Limbah ini apabila dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir akan
menyebabkan pencemaran udara karena aktivitas mikroba di lingkungan yang dapat menjadi ancaman
terhadap kesehatan manusia sehingga perlu ada inovasi dalam pengelolaan limbah cangkang
telur. Limbah organik berupa cangkang telur memiliki kandungan nutrien yang tinggi. Suhastyo,
dkk (2021) menyatakan bahwa sebanyak 97% kalsium terkandung dalam cangkang telur ayam. Tingginya
kandungan kalsium ini diketahui sebagai senyawa kalsium karbonat dan dapat menaikkan pH media
tanah dan air. Machrodania, dkk (2015) menambahkan bahwa limbah cangkang telur ayam boiler juga
mengandung CaCO3 sebesar 97%, 3% fosfor, 3% magnesium, natrium, kalium, seng, mangan, besi, dan
tembaga. Yunita, dkk. (2016) menambahkan bahwa unsur hara seperti nitrogen (N) dapat
meningkatkan tumbuh tunas, batang, dan daun. Proses tahapan penanganan limbah organik
cangkang telur yang dihasilkan dari dapur adalah sebagai berikut : 1. Limbah organik
cangkang telur yang dihasilkan dari dapur. 2. Peninmbangan limbah cangkang telur dilakukan
proses penimbangan awal untuk mengetahui berat timbulan yang dihasilkan dari dapur. 3. Limbah
ini kemudian diolah menjadi pupuk organik bagi tanaman serta masker kecantikan dan akan
tereduksi sebesar 90 %. Keunggulan dan kebaharuan dari program LHA CIAMIK (Limbah Organik
Cangkang Telur Untuk Meningkatkan Kesuburan Tanaman) yaitu Inovasi program pengelolaan limbah
organik cangkang telur menjadi produk pupuk organik akan bermanfaat meningkatkan kesuburan
tanaman buah atau tanaman hias. Program ini akan berdampak pada tercapainya rumah sakit yang
ramah lingkungan (Green Hospital). Pupuk organik dari limbah organik cangkang telur bisa
digunakan sebagai pupuk POC (Pupuk Organik Cair) cangkang telur dan Pupuk Organik Padat bagi
tanaman di rumah sakit serta limbah membran cangkang telur dapat dijadikan produk masker wajah
dengan memanfaatkan membran cangkang telur menjadi masker wajah untuk kecantikan.