Oleh: Evi Octavia, M.Farm.Klin., Apt
Instalasi Farmasi

Pendahuluan

Penyakit Lupus atau dalam bahasa medisnya disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah salah satu penyakit autoimun yang paling sering menyerang manusia. Penyakit autoimun adalah istilah yang digunakan saat sistem imunitas atau kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuhnya sendiri. Menurut data prevalensi di setiap negara berbeda –beda. Suatu studi sistemik di Asia Pasifik memperlihatkan data insidensi sebesar 0,9 -3,1 per 100.000 populasi/ tahun. Prevalensi kasar sebesar 4,3-45,3 per 100.000 populasi. The Lupus Foundation of America memperkirakan sekitar 1,5 juta kasus terjadi di Amerika dan setidaknya terjadi lima juta kasus di dunia. Sebagian besar dari mereka perempuan usia produktif. Setiap tahun diperkirakan terjadi sekitar 16 ribu kasus baru Lupus. Di Indonesia jumlah penderita penyakit Lupus secara tepat belum diketahui. Prevalensi Systemic Lupus Erythematosus (SLE) di masyarakat berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Prof. Handono Kalim, dkk di Malang memperlihatkan angka sebesar 0,5% terhadap total populasi yaitu sekitar 1.250.000 orang Indonesia terkena penyakit Lupus.
Sampai saat ini, belum jelas apa yang menjadi penyebab lupus, namun beberapa faktor seperti kadar estrogen tubuh berlebih, radiasi sinar UV, paparan merkuri, serta infeksi virus herpes zoster dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit ini. Penggunaan obat-obatan tertentu juga diduga kuat dapat menjadi penyebab Lupus. Lupus adalah suatu kondisi yang dapat terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan dan organ sehat yang lain. Lupus yang disebabkan oleh induksi obat terjadi ketika mengonsumsi obat-obatan tertentu selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun pada suatu waktu.

Mengapa Lupus dapat Diakibatkan Oleh Penggunaan Obat?

Beberapa obat-obat dapat menjadi penyebab Lupus, akan tetapi mekanisme di balik timbulnya gejala lupus akibat obat belum dapat diketahui pasti. Sejauh ini diketahui bahwa efek samping obat prokainamid dan anti-TNF untuk obat rematik sering menyebabkan peningkatan jumlah antibodi antinuklear (ANA) dalam serum darah. Minosiklin, antibiotik untuk mengobati jerawat, juga dapat memicu munculnya gejala Lupus. Obat untuk mengatasi gangguan tiroid (propiltiourasil) juga memicu gejala Lupus.
Lupus yang dipicu oleh obat memiliki karakteristik gejala yang sedikit berbeda dari Lupus yang umum. Sementara Lupus dapat merusak ginjal atau paru-paru, sedangkan Lupus yang diinduksi obat jarang mempengaruhi organ utama tubuh. Gejala Lupus akibat obat juga sementara, setelah menghentikan obat yang menyebabkannya, gejala biasanya hilang dan sembuh dalam beberapa minggu atau bulan. Gejala- gejala Lupus yang diinduksi oleh obat belum ditetapkan, namun gejala sering tumpang tindih dengan gejala Systemic Lupus Erythematosus (SLE), termasuk nyeri otot dan sendi kadang-kadang disertai pembengkakan, gejala kelelahan dan demam seperti flu, serotis ( radang disekitar paru-paru dan jantung yang menyebabkan rasa sakit atau tidak nyaman), kelainan tes laboratorium tertentu.

Apa Saja Obat yang Dapat Menjadi Penyebab Lupus?

Kemungkinan seseorang yang berusia 50 tahun atau lebih mengalami peningkatan risiko Lupus akibat induksi obat. Berikut adalah daftar obat-obat yang dapat memicu reaksi Lupus selama penggunaan dosisnya, berdasarkan kompilasi dari Rubin dkk (2015), namun perlu dicatat bahwa risiko masing-masing obat untuk memicu gejala lupus tidaklah sama — ada yang berisiko tinggi ( lebih dari 5 kejadian per 100 orang yang menggunakan), sedang (1 dari 100 kasus), rendah (1 dari 1000), dan sangat rendah (<1 dari 1000).
  • Antiaritmia, Obat-obat golongan ini digunakan untuk menangani gejala gangguan irama jantung (aritmia), seperti takikardia (detak jantung cepat), brakikardia (detak jantung lambat), dan fibrilasi atrial (detak jantung tidak normal). Obat antiaritmia yang tergolong berisiko tinggi memicu gejala lupus adalah prokainamid, namun, obat ini jarang digunakan di Indonesia. Obat antiaritmia yang lebih umum, seperti Quinidine tergolong berisiko sedang, sementara propafenon, disopyramide, dan amiodaron memiliki risiko yang sangat rendah.
  • Antihipertensi, Sejumlah obat yang umum diresepkan untuk mengendalikan hipertensi seperti enalapril, lisinopril, klonidin, atenolol, labetalol, pindolol, minoxidil, prazosin, metildopa, captopril, asebutolol termasuk risiko rendah. Minoxidil juga umum digunakan sebagai obat penumbuh rambut. Hidralazin digolongkan sebagai obat antihipertensi yang berisiko tinggi untuk menjadi penyebab Lupus. Di Indonesia, hidralazin tersedia dalam bentuk kombinasi dengan merek Ser-Ap-Es bentuk tablet dengan kandungan reserpin, hidralazin, dan hidroklorotiazid.
  • Antipsikotik, Beberapa obat-obat antipsikotik untuk menangani gejala psikosis dan gangguan kejiwaan tertentu, seperti klorpromazin, klozapin, ferfenazin, fenelzin, chlorprothixene, dan lithium karbonat dapat memicu gejala Lupus dengan risiko rendah.
  • Antibiotik dan Antimikroba,Antibiotik jenis isoniazid atau INH, minosiklin, asam nalidiksat, streptomycin, sulfamethoxazole, dan quinine juga bisa menjadi penyebab Lupus dengan risiko rendah jika tidak digunakan sesuai aturan pakai.
  • Antikonvulsan,Obat-obat antikonvulsan untuk mengatasi kejang dan epilepsi, seperti karbamazepin, clobazam, fenitoin, trimetadion, primidon, etosuksimid, dan asam valproat dapat memicu gejala Lupus selama penggunaan. Semua obat- obat- obat tersebut beresiko rendah menyebabkan Lupus.
  • Antiperadangan, Obat-obat antiradang seperti D-penisilamin, sulfasalazin, fenilbutazon, mesalam(z)in, zafirlukast berisiko rendah memicu gejala Lupus. Penisilamin adalah obat yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, termasuk penawar keracunan timbal, rematik, penyakit Wilson, dan sistinuria.
  • Agen biologis, Anti-TNF alfa, seperti infliksimab dan etanersept, dan interferon alfa biasa digunakan untuk mengobati rematik berisiko rendah untuk memicu Lupus.
  • Diuretik,Obat diuretik seperti klortalidon dan hidroklorotiazid risikonya sangat rendah untuk menyebabkan Lupus.
  • Penurun kolesterol, Obat penurun kolesterol jenis statin seperti lovastatin, simvastatin, dan atorvastatin tergolong rendah risikonya untuk memicu gejala Lupus.
  • Lain-lain,Aminoglutethimide, obat tetes mata timolol, tiklopidin, levadopa, deferipron berisiko rendah menjadi penyebab Lupus.
Jika Anda menggunakan obat-obat di atas, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter Anda.

Kepustakaan
  • Anonim, National Resource Center On Lupus, Lupus Foundation of America, 2019. All rights reserved
  • Araújo-Fernández S, Ahijón-Lana M, Isenberg DA. Drug-induced lupus: Including anti-tumor necrosis factor and interferon induced. Lupus. 2014; 23:545-553.
  • Borchers AT, Keen CL, Gershwin ME. Drug-induced lupus. Ann N Y Acad Sci 2007 Jun; 1108; 166-82.
  • Chang C, Gershwin ME. Drug-induced lupus erythematosus: incidence, management and prevention. Drug Saf. 2011;34:357-374.
  • Chin H. Ho, Krati Chauhan, Lupus Erythematosus, Drug-Induced, NCBI, Last Update October 27; 2018.
  • DiPiro JT, Talbert RL, Yee GC, et al. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. 7th ed. United States: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2008: 1439-1440.
  • Garza, PharmD, Drug-Induced Autoimmune Diseases, Pharmacy times, 2016, tersedia pada https://www.pharmacytimes.com/publications/issue/2016/january2016/drug-induced-autoimmune-diseases; pp 1-2
  • Kauffman, MD, FACP, Amin, MD, Fredeking, et al., Drug-Induced Lupus Erythematosus, e-medicine medcsape, Updated: Jul 10, 2018
  • Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Pusdatin, Situasi Lupus di Indonesia, 2017
  • Rubin PhD, Drug- Induced Lupus, Expert Opinion on Drug Safety, 2015; 14:3, 361-378
  • Vasoo Sheila. Drug-induced lupus: an update. Lupus. 2006; 15:757-761.
RSUD Dr. Soetomo

RSUD Dr. Soetomo, Pemerintah Provinsi Jawa Timur

Alamat : Jl. Mayjend. Prof. Dr. Moestopo No. 6-8, Kecamatan Gubeng, Kelurahan Airlangga, Kota Surabaya 60286.

Telepon : Central : +62 31 5501078; Subkoordinator Hukum, Hubungan Masyarakat dan Pemasaran : +62 31 5501076 (Hubungan Masyarakat); Instalasi Gawat Darurat : +62 31 5501299; Instalasi Rawat Jalan : +62 31 5501488; Instalasi Graha Amerta : +62 31 5020599; Instalasi PPJT : +62 31 5501316; Instalasi GBPT : +62 31 5501875; Instalasi GPDT : +62 31 5501525.

No. WhatsApp : +62 812 1670 0101 (Hanya Menerima Pesan).

Email : kontak@rsudrsoetomo.jatimprov.go.id